Selasa, 23 Oktober 2012

Obat Antiemetik



Definisi antiemetik
Obat Antiemetika adalah obat untuk mencegah atau menghentikan  mual dan muntah akibat stimulasi pusat muntah yang disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.
Penggunaan :
Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
1.      Mabuk jalan/Mabuk Darat (Motion Sickness)
Penyebab utama mabuk darat adalah pertentangan antara informasi yang disalurkan oleh organ keseimbangan otak disatu pihak dan informasi dari indera-indera lain di lain pihak. Khususnya menyangkut pertentangan antara mata dan indera perasa, yang sebetulnya harus bekerja sama dengan organ keseimbangan (labirin).


2.      Mabuk kehamilan
Jenis muntah ini biasanya terjadi antara minggu ke-6 dan ke-14 dari masa kehamilan akibat kenaikan pesat dari HCG (Human Chorion Gonadotropin).Gejala-gejala pada umumnya tidak hebat dan hilang dengan sendirinya, maka sedapat mungkin jangan diobati agar tidak mengganggu perkembangan organ-organ janin.
3.      Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.

 Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
1.      Antikolinergik
Kelompok ini obat yang digunakan yaitu skopolamin dan antihistamin (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat- obatan ini efektif terhadap segala jenis muntah, dan  banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan (antihistaminika) efeknya berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkinjuga blokade reseptor H1 di CTZ.
2.      Antagonis Dopamin
Antagonis Dopamine , yang bekerja di otak yang biasanya digunakan untuk pengobatan muntah pada neoplasma otak, mengurangi efek muntah dari kemoterapi, opioids, keracunan obat dan anastesi umum. Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping.Mekanisme kerjanya melalui perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan blokade reseptor dopamine.
Contoh obat golongan ini adalah :
  • Propulsive (prokinetika) :metoklopramida dan domperidon banyak sekali digunakan. Pada dosis tinggi, metoklopramida menimbulkan efek-efek antikolinergis lebih kuat daripada neuroleptika.Alizaprida  (litican) menghambat refleks muntah secara sentral dan bersifa  anksiolitis.
  • Derivate butirofenon : Droperidol, Haloperidol, Chlorpromazine, Promethazine, Prochlorperazine terutama digunakan pada muntah-muntah akibat gangguan neurologis dan setelah pembedahan.. Obat ini biasanya jarang digunakan karena efek ekstrapiramidal yang luas dan efek sedatif.
  • Derivate fenotiazin : proklorperazin dan thietilperazin (torecan). bekerja di saluran cerna sebagai prokinetik dan digunakan untuk pengobatan gangguan saluran cerna tetapi tidak cocok untuk pasien sesudah opersi dan keracunan obat.
3.      Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine
Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna.. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan post-operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang termasuk golongan ini adalah :
  • Dolasetron
  • Granisetron
  • Ondansetron
  • Tropisetron
  • Palonosetron (Aloxi®,  antagonis5HT3  yang terbaru)
Mekanisme kerja kelompok zat agak baru ini belum begitu jelas, tetapi mungkin karena blokade serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap CTZ.Terutama efektif selama hari pertama dari terapi dengan sitostika yang bersifat emetogen kuat, juga pada radioterapi.
4.      Kortikosteroida
Contoh obatnya deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang diakibatkan oleh sitostatika.Mekanisme kerjanya tidak diketahui.Pengunaannya sering sekali bersamaan suatu antagonis serotonin.
5.      Benzodiazepine
Mempengaruhi system kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasein terhadap peristiwa muntah.Terutama lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah. Midazolam , biasanya digunakan untuk pengobatan mual dan muntah akibat operasi.
6.      Kanabinoida
Biasanya terapi kedua yang digunakan pada pasien mual dan muntah akibat  keracunan yang tidak peka terhadap obat yang lain. Contohnya antara lain : marihuana, THC. Efektif pada dosis tinggi untuk sitostatika.
7.      Antihistamin (Antagonis reseptor H1 histamine ).
Obat ini efektif untuk berbagai kondisi seperti motion sickness, ataupun mual dan muntah pada ibu hamil. Obat-obat dari golongan ini meliputi :
  • Cyclizine
  • Diphenhydramine
  • Dimenhydrinate
  • Meclizine
  • Promethazine (Pentazine, Phenergan, Promacot)
  • Hydroxyzine
8.      Steroid
Dexamethasone, biasanya diberikan dalam dosis rendah. Mekanisme kerja dari steroid dalam pengobatan muntah masih belum jelas.

Obat generic, indikasi, kontra indikasi, efek samping   
        1. Skopolamin :hyosiamin, scopoldern TTS (transdermal)
Zat ini dianggap sebagai yang paling efektif untuk profilaksis dan penanganan mabuk darat. Efek samping tersering adalah gejala antikolinergis umum: mulut kering, lebih jarang rasa kantuk, gangguan penglihatan , obstipasi dan iritasi kulit. Sampai 3 hari penggunaan juga mual dan muntah, nyeri kepala dan gangguan keseimbangan.
2.            Antihistaminika
Obat ini terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah akibat mabuk darat serta pada gangguan tujuh keliling (vertigo). Siklizin dan dimenhidrinat diresorpsi baik, kerjanya cepat dan dapat bertahan 4-5 jam.Meklizin baru berkerja setelah 1-2 jam, tetapi efeknya lebih lama, antara 12 dan 24 jam.
Indikasi                      : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi          : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping             : mengantuk dan gangguan psikomotor
Efek sampingnya berupa perasaan mengantuk dan efek antikolinergis yang agak sering dilaporkan pada dimenhidrinat, jarang pada siklizin dan meklizin.

3.      Neuroleptika
Sejumlah neuroleptika juga berdaya anti-emetis khususnya derivate fenotiazin =, seperti perfenazin, proklorperazin, dan tietilperazin. Begitu pula derivate butirofenon.Pada proklorperazin dan lebih-lebih pada tietilperazin, efek anti emetisnya yang menonjol, sehingga digunakan khusus sebagai anti emetika pada kemo dan radioterapi.Efek samping yang terpenting adalah gejala ekstrapiramidal, efek antikolinergis, dan sedasi, yang paling ringan pada tietilperazin.
Dosis masing-masing adalah sebagai berikut:
·         Haloperidol (haldol) : 2-3 dd 0,5 mg.
·         Perfenazin (trilafon) : 3 dd 4-8 mg, i.m 5 mg.
Indikasi                       : mual dan muntah berat
Kontra indikasi           : gangguan hati dan ginjal
Efek samping              : mengantuk, gejala ekstra piramidal
·         Proklorperazin (stemetil) : 2-4 dd 5-10 mg, rectal 1-2 dd 25 mg.
Indikasi                       : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi           : gangguan hati dan ginjal
Efek samping              : mengantuk, gejala ekstra piramidal
·         Tietilperazin (torecan) : oral dan rectal 2-4 dd 6,5mg, s.c/i.m 6,5 mg sekali.
4.      Metoklopramida :primperan, opram
Derivate aminoklorbenzamida ini berkhasiat  anti emetis kuat berdasarkan pertama-tama blokade reseptor dopamine di CTZ. Disamping itu, zat ini juga memperkuat  pergerakan dan pengosongan lambung. Efektif pada semua jenis muntah, termasuk akibat radio/khemoterapi dan migraine, pada mabuk darat oat ini tidak ampuh.
Efek sampingnya yang terpenting adalah sedasi dan gelisah berhubung rintangan darah otak.Efek samping lainnya berupa gangguan lambung usus serta gangguan ekstrapiramidal, terutama pada anak-anak kecil.
Dosis : 3-4 dd 5-10 mg, anak-anak maksimal 0,5 mg/kg/sehari. Rectal 2-3  dd 20 mg.
5.      Domperidon: motilium
Senyawa benzimdazolinum ini adalah propulsivum yang berkhasiat menstimulasi peristalstik dan pengosongan lambun, selian berdaya anti emetis, digunakan pada relflux-esofagus  dan pada muntah akibat khemoterapi dan pada migraine.
Dosis : 3-4 dd 10-20 mg a.c; anak-anak 3-4 dd0,3 mg/kg, rectal anak-anak sampai 2 tahun2-4 dd 10 mg; i.m/i.v 0,1 -0,2 mg per kg berat badan dengan maksimum 1 mg/kg berat badan sehari.
6.      Ondansetron : zolfran
Senyawa carbazol ini adalah antagonis serotonin selektif (dari reseptor 5HT3). Berkerja anti emetis kuat dengan mengantagoniskan refleks muntah dari usus halus dan stimulasi CTZ, yang keduanya diakibatkan dengan pemberian dosis tunggal deksametason (20 mg/ infuse )sebelum kemoterapi dimulai. Selain pada kemo dan radioterapi juga sering diberikan untuk profilaksis, gejala-gejala demikian setelah pebedahan ginekologi.
Efek sampingnya berupa nyeri kepala, obstipasi, rasa panas di muka dan perut bagian atas,, jarang sekali gangguan ekstra pyramidal dan reaksi hipersensitivas.
Dosis : 1-2 jam sebelum mejalankan kemoterapi 8 mg, lalu tiap 12 jam 8 mg selama 5 hari. i.v 4-8 mg (perlahan).
7.      Sinarizin
Indikasi                      :kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi          : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan asma
Efek samping             : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala
8.      Klorpromazin HCl
Indikasi                      : mual dan muntah
Kontra indikasi          : gangguan hati dan ginjal
             Efek samping              : mengantuk, gejala ekstra piramidal

Senin, 22 Oktober 2012

Hak Untuk Menentukan Jumah Anak Dan Jarak Kelahirannya


2.1.   Penentuan Jarak Kehamilan
Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta jarak kelahiran yang diinginkan. Contoh : Dalam konteks program KB, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan tidak  boleh melakukan pemaksaan jika seseorang ingin memiliki anak dalam jumlah besar.Yang harus dilakukan adalah memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenar- benarnya mengenai dampak negatif dari memiliki anak jumlah besar dan dampak positif dari memiliki jumlah anak sedikit. Jikapun klien berkeputusan untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus merupakan keputusan klien itu sendiri.
Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau member batasan sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi, 2005).
Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain (Dwijayanti, 2005).
Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk dikomunikasikan (Masyhuri, 2007).
Keinginan keluarga untuk memiliki anak sangat erat kaitannya dengan pandangan masing-masing keluaga tentang pandangan masing-masing keluarga tentang nilai anak (value of children). Semakin tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka semakin tinggi pula dorongan keluarga untuk merencanakan jumlah anak ideal (BKKBN, 2007).
Keluarga yang berkualitas akan lebih mudah diwujudkan apabila pasangan yang menikah mempunyai :
-        Kematangan biologis sehingga secara fisik matang untuk dibuahi dan memelihara kehamilannya.
-        Kematangan psikologis dimana secara emosi dan kejiwaan cukup matang untuk menjadi ayah dan ibu.
-        Kematangan ekonomi dalam arti memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan materil, termasuk memelihara kesehatan, pendidikan serta sosial.
Menentukan jarak kehamilan tidak semua pasangan usia subur mengetahui secara jelas manfaatnya buat kehidupan jangka panjang yang lebih baik. Maka yang paling penting dalam hal ini adalah meningkatkan peran suami istri dalam memahami betul manfaat menentukan jarak kehamilan. Dimana, terdapat keadaan bahwa jarak kehamilan yang diinginkan sebagian besar wanita di Negara berkembang tersebut tidak selalu terpenuhi. Hal itu diakibatkan beberapa faktor
yang mungkin sangat kompleks sifatnya seperti faktor sosial budaya serta pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia, terutama di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai-nilai tradisionalnya. Padahal tertulis dalam hak-hak reproduksi yang mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimiliki serta jarak kehamilan yang diinginkan.
Dalam merencanakan dan mengatur jarak kehamilan, perencanaan pasangan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari segi kematangan ekonomi, umur pasangan, pengaruh sosial budaya, lingkungan, pekerjaan maupun status kesehatan pasangan.
Faktor usia juga merupakan salah satu faktor dalam menentukan jarak kehamilan dimana pada saat merencanakan kehamilan yang harus dihindari antara lain empat T yaitu:
1.      Terlalu muda untuk hamil (< 20 tahun).
2.      Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun).
3.      Terlalu sering hamil (anak > 3 orang berisiko tinggi).
4.      Terlalu dekat jarak kehamilannya (< 2 tahun).
Oleh karena faktor usia, di Indonesia wanita di atas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berumur 35 tahun ke atas .
Faktor usia merupakan faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan, terutama bagi wanita bila berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil dengan jarak umur tiga tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan.
Keberhasilan beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan .
Peningkatan partisipasi pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam hidup berumah tangga.
Aspek ekonomi juga faktor yang tak kalah penting, jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya, bisa juga berakibat fatal. Salah satu keuntungan dalam mengatur penentuan jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh. Study menunjukkan pada umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah pasangan untuk menentukan jarak kehamilan.

2.2.      Jarak Kehamilan
Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orangtua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga keluarga muda baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka. Tentu saja Pandangan ini masih bisa di pertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor .
Di masyarakat masih berlaku kebiasaan dimana sebagian besar suami-istri hanya berbincang tentang ukuran keluarga ketika ingin menambah jumlah anak, tetapi tidak detail hingga menyentuh masalah kesiapan istri untuk menerima kehamilan baru.
Secara medis, rahim sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali tiga bulan setelah melahirkan. Namun berdasarkan catatan statistik penelitian bahwa jarak kelahiran yang aman antara anak satu dengan lainnya adalah 27 sampai 32 bulan. Pada jarak ini si ibu akan memiliki bayi yang sehat serta selamat saat melewati proses kehamilan.
Penelitian The Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anakanak yang dilahirkan 2-5 tahun setelah kelahiran anak sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi daripada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun .

2.3.      Resiko dalam Menentukan Jarak Kehamilan
Wanita yang melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (< 2 tahun) akan mengalami resiko antara lain (Yolan, 2007) :
-        Resiko perdarahan trimester III
-        Plasenta previa
-        Anemia
-        Ketuban pecah dini
-        Endometriosis masa nifas
-        Kematian saat melahirkan
-        Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat menimbulkan resiko tinggi antara lain persalinan lama.
Dengan adanya resiko dalam menentukan jarak kehamilan maka diperlukan penelitian tentang hubungan umur, pendidikan maupun ekonomi terhadap penentuan jarak kehamilan.

2.4.      Perencanaan Kehamilan yang Sehat
Perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologis keluarga.
Salah satu perencanaan kehamilan antara lain dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). KB memberi kepada pasangan pilihan tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, berapa jumlahnya, jarak antar anak yang satu dengan yang lain, dan kapan sebaiknya berhenti mempunyai anak.
Fase-fase dalam mengatur kehamilan
Dalam mengatur jarak kehamilan kita dapat menggunakan kontrasepsi sesuai dengan fase-fase berikut ini yaitu:
Ø  Fase menunda kehamilan
Pada fase ini, pasangan dapat memilih metode kontrasepsi antara lain :
-        Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, dan senggama terputus.
-        Pil KB yaitu pil progestin atau pil kombinasi
-        Suntikan KB yaitu suntikan progestin atau suntikan kombinasi
Ø  Fase menjarangkan kehamilan
-        Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, dan senggama terputus
-        Metode mekanis yaitu Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
-        Metode MKE kecuali kontap
Ø  Fase mengakhiri kehamilan
-        Metode MKE termasuk kontap
-        Metode sederhana

2.5.      Efek jarak kehamilan terlalu dekat pada anak
Jarak kehamilan atau kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dari orang tuanya. Banyak kakak-beradik dengan jarak kehamilan atau kelahiran terlalu pendek menimbulkan sikap iri atau cemburu. Seperti kakak tidak gembira atas kehadiran si kecil, justru sering menganggapnya musuh karena merampas jatah kasih sayang orang tuanya.
Persiapan secara mental untuk si kakak sangat penting dilakukan oleh orang tuanya terutama si ibu agar nantinya tidak merasa tersisih, yaitu dengan cara :
1.      Menjelaskan padanya secara natural bahwa kehadiran adiknya nanti tidak akan membuat perhatian orangtua padanya berkurang bahkan mungkin akan semakin saying.
2.      Semakin besar usia anak maka akan semakin mudah bagi orangtua untuk menjelaskannya. Ia mungkin tertarik dengan penjelasan mengenai apa yang akan terjadi dengan tubuh ibu dan apa yang ada dalam perut ibu nantinya.Berjanji pada si kakak bahwa kelak ia akan dilibatkan saat orangtua akan memilih nama untuk si adik juga pada saat akan membelikan perlengkapan untuk si adik serta saat mengasuhnya.
Dengan adanya efek dari jarak kehamilan maka dilakukan penelitian tentang penentuan jarak kehamilan.

2.6.      Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS)
2.6.1.      Umur
Terkejar oleh faktor usia, di Indonesia wanita di atas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berusia 35 tahun keatas. Faktor usia merupakan faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan, terutama bagi wanita bila berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil dengan jarak umur tiga tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian Amiruddin (2006) dari 70 responden mayoritas responden berumur 20-30 tahun memilih jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 51 orang (72,8%) dan hanya 9 orang (12,8%) yang memilih jarak kehamilan <2 tahun.
2.6.2.      Pendidikan
Pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang yang statusnya lebih tinggi. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan.
Peningkatan partisipasi pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam hidup berumah tangga. Menurut Lukman (2008) juga umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.
2.6.3.      Ekonomi
Studi menunjukkan pada umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah pasangan untuk menentukan jarak kehamilan. Salah satu keuntungan dalam mengatur jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh. Selain kesehatan dan kejiwaan, aspek ekonomi juga tak kalah penting. Jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya bisa juga berakibat fatal.
Oleh karena itu persiapan pasangan baik dari segi fisik maupun psikis sangatlah penting untuk menentukan jarak kehamilan pada pasangan usia subur.
2.6.4.      Sosial budaya
Budaya merupakan pelaksanaan norma-norma kelompok tertentu yang dipelajari dan ditanggung bersama. Yang termasuk di dalamnya adalah pemikiran, penuntun, keputusan dan tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya adalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan.
Pengaruh sosial budaya juga terlibat dalam perilaku perawatan keluarga yang memiliki anak. Mempunyai anak merupakan pengalaman hidup yang kritis dan penuh dengan kepercayaan dan praktek-praktek tradisional.
Dalam perencanan kehamilan keputusan pasangan dapat dipengaruhi oleh budaya yang ada, seperti pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah anak dan jarak antara kehamilan yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia terutama di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai tradisionalnya.
2.6.5.      Sumber informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi. Dengan memberikan informasi tentang bagaimana cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Selanjutnya dengan pengetahuan yang dimilikinya akan menimbulkan kesadaran masyarakat dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.
Menurut Nugraha (2007) salah satu faktor yang mendasari pasangan memilih jarak anak yang dekat adalah karena kurangnya informasi tentang dampak jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Dengan pengetahuan dan informasi tentang kehamilan yang aman akan memudahkan pasangan untuk mengambil keputusan kapan saat yang tepat untuk menentukan berapa jumlah anak serta jarak kehamilan yang aman.
2.6.6.      Status kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Status kesehatan sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang sehari-hari. Pasangan yang tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan.
Dari beberapa faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan diatas, yang akan dibahas oleh peneliti adalah faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan berdasarkan umur, pendidikan dan ekonomi.