Kamis, 15 November 2012

Obat Antikonvulsan (Anti Epilepsi)

Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan kesadaran. Digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati epilepsi. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan Anti Epilepsi, sebab obat ini jarang digunabkan untuk gejala konvulsi penyakit lain.

  1.  Definisi Epilepsi (Anti konvulsi)
    Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut Bangkitan atau Seizure), dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.
Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG obsormal dan eksesif.  Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi dapat dinamakan disritmia serebral yang bersifat paroksimal.

2. Jenis –  Jenis Epilepsi 1.     Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2.    Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
3.     Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.

3. Obat-Obat Epilepsi (Anti Konvulsi)Anti epilepsi (Anti Konvulsi) adalah obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik yang abnormal di pangkalnya (fokus) dalam SSP, sebagaimana halnya dengan phenobarbital dan klonazepam. Ataupun obat yang menghindarkan tersebarnya aktivitas berlebihan tersebut kepada neuron-neuron otak lain, seperti Klonazepam, Fenitoin, dan trimetadon.

4. Mekanisme Kerja Antiepilepsi (Anti Konvulsi)
Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :
1.    Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi.
2.    Dengan mencegah terjasinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi.
Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan kedua diatas.
5. Penggunaan Antiepilepsi (Anti Konvulsi)
Antiepilepsi umunya memiliki lebar terapi yang sempit, seperti Fenitoin, harus dengan teratur dan kontinu, agar kadar obat dalam darah terpelihara sekonstan mungkin. Umumnya pengobatan dilakukan dengan dosis rendah dulu kemudian dinaikan secara berangsur sampai efek maksimal tercapai dan kadar plasma menjadi tetap.
Jangka waktu terapi umumnya bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup. Bila dalam 2-3 tahun tidak terjadi serangan maka dosis dapat diturunkan berangsur sehingga pengobatan dapat dihentikan sama sekali.
6.  Penggolongan Antiepilepsi
Kebanyakan obat epilepsi bersifat antikonvulsif, yaitu dapat meredakan konvulsi, dan sedatif (meredakan). Obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sbb :
1.    Barbital-barbital, misalnya Fenobarbital, Mefobarbital, dan Heptobarbital.
Obat tidur ini bersifat mnenginduksi enzim, hingga biotransformasi enzimatisnya dipercepat, juga penguraian zat-zat lain, antara lain penguraian vitamin D sehingga menyebabkan rachitis, khususnya pada anak kecil.
2.    Hidantoin-hidantoin, misalnya Fenitoin,strukturnya mirip fenobarbital tetapi dengan cincin “lima hidantoin”.
3.    Suksinimida-suksinimida,  misalnya Metilfenilsuksinimida dan Etosuksinimida.Obat ini terutama digunakan pada serangan psikomotor.
4.    Oksazolidin-oksazolidin,  misalnya Etadion dan  Trimetadion, tetapi jarang digunakan mengingat efek sampingnya berbahaya terhadap hati dan  limpa.
5.    Serba-serbi, misalnya Diazapam dan turunannya, Karbamazepin, Asetazolamid, dan Asam Valproat.

7.  Obat Generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Efek Samping
1.      Fenitoin (Ditalin, Dilantin)
Zat hipnotik ini terutama efektif pada grand mal dan seranga  psikomotor, tidak untuk serangan-serangan  kecil karena dapat memprofokasi serangan.
DS            : oral 1-2x sehari @ 100-300 mg.
Indikasi        : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi    : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping      : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2.   Penobarbital
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar, biasanya dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya.
DS             : oral 3 x sehari @ 25 – 75 mg maksimal 400 mg (dalam 2 dosis).
Indikasi                : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi    : depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping         : mengantuk, depresi mental
3.      Karbamazepin
Indikasi                : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi    : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping      : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4.      Klobazam
Indikasi                : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi    : depresi pernafasan
Efek samping      : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5.     Diazepam (valium)
Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan otot,   hipnotik, juga berkhasiat antikonvulsi.Maka   digunakan   sbg obat status epileptikus dalam bentuk injeksi.
DS             : oral 2 – 3 x sehari @ 2 –  5 mg
Indikasi                : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi    : depresi pernafasan
Efek samping     : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala.
6.    Primidon(Mysolin)
Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjado fenobarbital, tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan psikomotor.
DS     : Dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11  25 mg
7.    Etosuksinimid (Zarontin)
Sangat efektif terhadap serangan ringan,kerjanya panjang karena praktis tidak terikat dengan protein, ekskresinya melalui ginjal.
DS            : 2 x sehari @ 250-500 mg,
8.  Karbamazepin (Tegretol)
Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor dengan   efektifitasnya sama dengan fenitoin tetapi efek sampingnya lebih ringan.
DS     :  Dimimun dengan dosis rendah dan dinaikan berangsur-angsur sampai 2-3 x sehari @ 200-400 mg,
10.    Asetazolamid (Diamox)
Senyawa sulfonamid ini bersifat merintangi enzim Carbonic Acid Dehidrase dan sering  digunakan sebagai diuretik. Khasiat anti konvulsinya diperkirakan berdasarkan   meningkatnya ekskresi ion natrium dan   bikarbonat serta darah bias
,menjadi asam. Digunakan pada serangan karena kerja fisik (berat).
DS         : 2-4 x sehari @ 250 mg.
11.   Asam Valproat, Depakene
Derivat asam asetat ini daya anti   konvulsinya ditemukan secara kebetulan   (Meunier-1963), sebagai obat pilihan   pertama pada serangan ringan, dalam   kombinasi   dengan obat lain  dapat digunakan untuk serangan grand mal.
DS     : Dimulai 3-4 x sehari @ 100-150 mg, berangsur dinaikan sampai 2-3 x sehari @ 300-500 mg.
2.5.3.7    Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38 0C) yg disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam  biasanya terjadi antara umur 3 bln sampai 5 thn, kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi (kejang berulang).
Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
    Sederhana ( kurang dari 15 menit)
    Kompleks   (lebih dari 15 menit).
Demam sering disebabkan oleh infeksi pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih. Ada 3 cara pengobatan Kejang Demam, yaitu :
1.    Pengobatan fase akut
Obat yg paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam Intravena atau Intrarectal. Dosis iv 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dg kecepatan 1-2mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum Diazepam habis, hentikanpenyuntikan, tunggu sebentar dan bila tdk timbul lg jarum dicabut. Bila Diazepam iv tdk tersedia bisa menggunakan intrarektal 5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Bila kejang tdk berhenti dpt diulang selang 5 menit kemudian. Bila tdk berhenti juga,  berikan Fenitoin dg dosis awal 10- 20 mg/kgBB secara iv perlahan.
Bila kejang berhenti dg pemberian Diazepam, lanjutkan dg fenobarbital secara im (50 mg untuk bayi < 1 thn atau 75 mg untuk bayi > 1 thn), empat jam kemudian berikan fenobarbital dosis rumat. 2 hari pertama berikan dosis 8 -10 mg/kgBB/dari dalam 2 dosis, selanjutnya 4-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, selama blm membaik dapat diberikan dlm bentuk suntikan, tetapi jika sudah membaik dpt diberikan per oral.
Bila kejang berhenti dgn pemberian Fenitoin, lanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kgBB/ hari dalam 2 dosis baik injeksi maupun oral.
2.    Mencari dan mengobati penyebab.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan   kemungkinan meningitis, terutama pd   pasien kejang demam yg pertama.   Kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal hanya pd kasus yg dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada   gejala meningitis atau bila kejang   demam berlangsung lama.
3.    Pengobatan Profilaksis.
ada 2 cara pengobatan profilaksis, yaitu :
a)    Profilaksis Intermiten, yaitu diberikan Diazepam secara oral dgn dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis saat pasien demam. Dapat juga diberikan Diazepam intrarectal tiap 8 jam setiap pasien menunjukan suhu lebih dari 38,5 0C.
b)    Profilaksis terus-menerus, yaitu diberikan fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis selama 1-2 tahun setelah kejang berakhir. Bisa juga menggunakan Asam Valproat (Depakene) dg dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Cara pengobatan terus menerus diberikan jika minimal terdapat 2 dari 4 kriteria dibawah ini :
    Sebelum kejang demam pertama sudah ada  kelainan neurologis.
    Kejang demam lebih dari 15 menit, disertai   kelainan neurologis sementara atau menetap.
    Ada riwayat kejang tanpa demam pd orang tua   atau saudara kandung.
    Bila kejang demam terjadi pd bayi kurang   dari   12 bln atau terjadi kejang multipel   dalam satu episode demam

8.  Kejang Pada Kasus Eklampsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan, setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologis. Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklampsia berat disertai gejala nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium atau kenaikan darah yg progresif.
Pada kasus Eklampsia dapat diberikan MgSO42 gr/jam dalam drip infus Dextose 5% untuk pemelihaan sampai sampai kondisi / tekanan darah stabil (140-150 mmHg).Bila timbul kejang, berikan dosis tambahan MgSO4 2 gr iv sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Bila masih tetap kejang, berikan fenobarbital 250 mg im atau Diazapam 10 mg iv atau amobarbital 3-5 mg/kgBB iv.

1 komentar:

  1. babyliss pro titanium flat iron - ITIAN CARTON LOUIS
    Model 2016 ford focus titanium of the MEGA CARTON 2013 ford focus titanium hatchback LOUIS with 3-5mm long handle titanium guitar chords handle titanium watch diameter, high quality steel plated on a 1/4" X 4"x 1/8" black oxide vs titanium drill bits flat surface. $25.50 · ‎In stock

    BalasHapus