Sabtu, 05 Oktober 2013

Intra Uterine Device (IUD)


1.      Pengertian
IUD (Intra Uterine Device) merupakan alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010) dikutip oleh Pinem (2009).
IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Handayani, 2010).
2.      Mekanisme kerja
Menurut (Manuaba, 2010) Sebenarnya mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti, tetapi cara kerjanya bersifat lokal. Sebagai bukti dapat dijumpai kehamilan dengan IUD in situ, IUD dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus uteri menjadi normal dan siap menerima hasil konsepsi
Cara kerja (Pinem, 2009) :
a.       Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke dalam tuba falopii, mencegah pertemuan sperma dan ovum
b.      Mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
c.       Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
d.      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
3.      Jenis-jenis
a.       Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring)
b.      Yang mengandung tembaga, termasuk di sini CuT 380A, CuT 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T
c.       Yang mengandung hormon steroid seperti progestasert yang mengandung progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel (Pinem, 2009).
4.      Efektivitas
IUD sangat efektif, Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun, Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun, Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian (BKKBN, 2002)
5.      Keuntungan dan Kerugian
Menurut (Saifuddin, 2006) Adapun keuntungan serta kerugian dari IUD ini yaitu sebagai berikut :
a.       Keuntungan
1)      Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi, sangat efektif (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama, atau 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
2)      Efektif segera setelah pemasangan
3)      Metode jangka panjang (dapat sampai 10 tahun)
4)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5)      Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6)      Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7)      Dengan IUD CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal
8)      Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI
9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus bila tidak ada infeksi
10)  Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
11)  Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12)  Kembalinya kesuburan cukup tinggi
b.      Kerugian
1)      Efek samping yang umum terjadi :
a)      Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
b)      Haid lebih lama dan banyak
c)      Perdarahan (spoting) antar menstruasi
d)     Saat haid lebih sakit
2)      Komplikasi lain :
a)      Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
b)      Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
c)      Perporasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
3)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
5)      Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD. PRP dapat memicu infertilitas
6)      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan
7)      Sedikit nyeri dan perdarahan (Spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang 1-2 hari
8)      Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri
9)      Mungkin IUD akan keluar dari uterus tanpa diketahui
10)  Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD untuk mencegah kehamilan normal
11)  Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu
6.      Indikasi dan Kontraindikasi
IUD (Intra Uterine Device) ini menurut (Pinem, 2009) ada indikasi serta kontraindikasinya.
a.      Indikasi
Yang boleh menggunakan IUD ialah sebagai berikut:
1)      Usia reproduktif
2)      Keadaan Nulipara
3)      Ingin kontrasepsi jangka panjang
4)      Setelah melahirkan dan menyusui ataupun tidak menyusui bayinya
5)      Setelah mengalami abortus dan tidak terjadi infeksi
6)      Resiko rendah dari IMS
7)      Tidak menghendaki metode hormonal
8)      Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
9)      Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari pasca persalinan
Pada umumnya perempuan dapat menggunakan IUD Cu dengan aman dan efektif. IUD juga dapat digunakan pada perempuan dengan segala kemungkinan keadaan seperti berikut ini : perokok, sedang memakai antibiotik atau anti kejang, gemuk atau kurus, penderita tumor jinak payudara, penderita kanker payudara, pusing, sakit kepala, tekanan darah tinggi, varises di vulva atau di tungkai penderita penyakit jantung, pernah menderita stroke, penderita diabetes, penderita penyakit hati atau empedu, dan lain-lain.
b.      Kontraindikasi
Adapun yang tidak boleh menggunakan IUD ialah sebagai berikut :
1)      Kemungkinan hamil atau sedang hamil
2)      Perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya
3)      Sedang mengalami infeksi alat genital seperti vaginitis, servisitis
4)      Dalam 3 bulan terakhir sedang mengalami PRP atau abortus septik
5)      Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
6)      Penyakit trofoblas ganas
7)      Diketahui menderita TBC pelvik
8)      Kanker alat genital
9)      Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
7.      Waktu Pemasangan
Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid, segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan. Setelah 6 bulan bila menggunakan metoda amenorea laktasi (MAL), setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) bila tidak ditemukan gejala infeksi, selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. (Pinem, 2009)
8.      Kunjungan Ulang
Menurut Handayani, 2010 Kunjungan ulang dilakukan pada :
a.       Satu bulan pasca pemasangan
b.      Tiga bulan kemudian
c.       Setiap 6 bulan berikutnya
d.      Satu tahun sekali
e.       Bila terlambat haid 1 minggu
f.       Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur
9.      Petunjuk bagi akseptor IUD
Menurut Hidayati, 2009 sebagai berikut:
a.       Kontrol kembali 4-6 minggu pasca pemasangan IUD
b.      Selama bulan pertama pemakaian IUD, perariksalah benang IUD secara rutin terutama setelah menstruasi
c.       Setelah bulan pertama pemasangan, pemeriksaan benang hanya perlu dilakukan pasca menstruasi saja.
d.      Jika pasien mengalami kram atau kejang perut suprapubis, spotting pervaginam diantara menstruasi atau pasca coitus, nyeri senggama atau pasangan mengeluhkan ketidaknyamanan selama aktivitas seksual, segera hubungi petugas kesehatan (bidan/dokter/Sp.OG)
e.       Pada IUD jenis Cpper T 380 A, alat perlu dilepas dalam 10 tahun pemasangan dan menggantinya dengan yang baru.
10.  Efek samping dan penangan
Menurut Handayani, 2010 sebagai berikut:
1.      Amenore
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas IUD, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenore apabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas IUD bila talinya terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepas. Apabila klien hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas IUD jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
2.      Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya penyakit radang panggul dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan penyebabnya beri analgesic untuk sedikit merngankan. Apabila klien mengalami kejang berat, lepaskan IUD dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi lain.
3.      Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur
Pastian dan tegaskan adanya infeksi pelvic dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan, dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan)
4.      Benang yang hilang
Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah IUD terlepas. Apabila tidak hamil dan IUD tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Aabila tidak ditemukan rujuk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan IUD yang hilang tidak ditemukan, pasanglah IUD yang baru atau bantulah klien menentukan metode lain.
5.      Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya penyakit radang panggul

Pastikan pemeriksaan untuk infeksi menular seksual. Lepaskan IUD apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidia, lakukan pengobatanyang memadai. Bila penyakit radang panggul, obati dan lepas IUD sesudah 48 jam. Apabila IUD dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

1 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali...

    http://landongobatherbal.com/obat-herbal-radang-panggul/

    BalasHapus